"Dari dalam negeri, kekhawatiran akan jatuh tempo utang pemerintah tahun depan juga turut menjadi faktor yang membebani rupiah. Hal ini karena belanja pemerintah, terutama untuk proyek-proyek strategis, perlu dievaluasi kembali," tambah Rully Nova.
Selain itu, ketidakpastian global dan sentimen negatif dari luar negeri turut menambah tekanan pada nilai tukar rupiah. Para pelaku pasar kini menanti rilis data ekonomi AS yang diperkirakan akan memberikan gambaran lebih jelas mengenai kondisi ekonomi terbesar di dunia tersebut.
Dengan latar belakang ini, Bank Indonesia dan pemerintah diharapkan terus memantau perkembangan pasar dan mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk menjaga stabilitas ekonomi dan nilai tukar rupiah.(*)