Jefriansyah juga menyoroti Nilai Tukar Nelayan (NTN) sebagai indikator daya beli masyarakat. NTN Sulbar dalam enam bulan terakhir masih di bawah 100, menunjukkan bahwa meskipun indeks harga yang diterima nelayan cukup untuk membiayai produksi, namun belum mencukupi untuk konsumsi rumah tangga nelayan.
Terkait langkah-langkah Pemda, Jefriansyah menilai program PJ Gubernur Sulawesi Barat, Bahtiar Baharuddin, yang selama tiga bulan terakhir fokus pada sektor pertanian, perkebunan, kelautan, perikanan, dan peternakan, sudah sesuai dengan karakteristik Sulbar. Program tersebut mengacu pada komposisi PDRB Sulbar, di mana sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan menyumbang sebesar 44,59 persen dari total PDRB.
Jefriansyah menambahkan bahwa untuk sektor perkebunan dan pertanian, diperlukan kajian lebih lanjut. Misalnya, pengembangan pisang cavendish memerlukan perencanaan yang jelas, termasuk proses pemeliharaan, pengolahan produk, dan pemasaran.
Jefriansyah juga menyoroti masalah harga komoditas yang sering menjadi problem bagi petani. Ia mengusulkan agar pemerintah dapat memberikan kepastian harga kepada petani dan nelayan dengan menetapkan atau menstabilkan harga produk serta memberikan pelatihan pengolahan hasil dan menyiapkan pasar.
"Misalnya petani dan nelayan di Majene mengungkapkan masalah yang dihadapi adalah permainan harga dari para pembeli besar yang dengan seenaknya memasang harga. Jadi jika pak PJ mau memusatkan APBD 2025, maka dicari solusi untuk menetapkan atau menstabilkan harga produk petani dan nelayan, misalnya dengan pelatihan pengolahan hasil dan memberi nilai tambah serta menyiapkan pasarnya," tandasnya. (*)