Ada beberapa titik banjir dan longsor di Sulbar, ada menyebabkan warga korban meninggal.
“Ini sering kita alami longsor dan banjir, inilah yang selalu kita suarakan betapa pentingnya kita mencegah bencana. Jauh lebih bagus, karena khusus Sulbar masuk daerah tertinggi rawan bencana,” bebernya.
Makanya, budaya merawat lingkungan harus terus digalakkan, seperti saat ini gerakan menanam dengan membagikan pohon-pohon yang menghasilkan.
“Budata migrasi harus dilakukan karena penduduk akan terus bertambah dan luas lahan akan bertambah. Jadi harus ada berubah konsepnya seperti migrasi profesi sebagian beternak, relokasi jangka panjang harus dipindahkan,” paparnya.
Meskipun, mendukung swasembada pangan lewat menanam jagung serta nilam, tapi harus juga dilihat kondisi wilayah.
“Jadi bukan hanya cocok tumbuhnya, kita harus disampaikan karena Presiden tidak suka asal bapak senang. Makanya kita harus dukung dengan memperhatikan wilayahnya, jangan berprestasi yang lain tapi ada mudaratnya. Jadi harus diedukasi dan mulai menanam jangka panjang,” imbuhnya.
Sedangkan, Wakil Ketua DPRD Sulbar, Suraidah Suhardi juga mengapresiasi kecepatan dalam menangani bencana dari semua instansi dan mendukung agar Bantuan Tidak Terduga (BTT) digunakan sebaik mungkin.
“Jadi pelan-pelan kita benahi, sinergi semua pihak bisa kita rasakan saat terjadinya bencana, ini menjadi kekuatan kita di Sulbar karena sudah beberapa kali menghadapi bencana, sehingga jiwa relawan semuanya muncul,” kata Suraidah.
Suraidah berharap kedepan tidak ada lagi bencana terjadi di Sulbar dan masyarakat tetap waspada karena suasana curah hujan terus terjadi.
“Akan kita bahas soal relokasi warga, bisa dimasukkan dalam program transmigrasi warga lokal,” tandasnya.